![]() |
photo by dakwatuna.com |
Acapkali lidah menorehkan merah
Pada luka yang tak mungkin mampu
Membendung kelam di pelupuk mata
Pun sikap yang kerap
Mengawini hati yang membiru
Menelorkan bibit – bibit amarah
Melahirkan anak – anak kecewa
Cobalah mengosongkan cawan sakit
hati
Kan ku isi dengan semangkuk sesal
Kuaduk bersama secangkir maaf
Kuramu sebagai penawar dendam
Adakah mungkin putihmu
Mampu memberi maaf atas hitamku
Atau setidaknya ijinkan aku
menjadi abu – abu
Untuk selalu berada diantara
keduanya
Note : Untuk teman dan keluarga yang telah terlukai perasaanya olehku. Puisi ini mewakili penyesalanku.
Manstaf :)
BalasHapus