Sabtu, 24 September 2016

Di Dia Rongkaphi?




Pixabay photo
 
“ Hey Tiur!, dari tadi terlihat murung, ada apa?, ntar cepat tua loh” goda Nanik teman kerjanya
“ Ah..ngak kok Nik!” sahut Tiur berusaha menyimpan perasaannya
“ Ya sudah, ntar kalau pengen curhat jangan sungkan ya?”
Tiur mengangguk, teman kerjanya asal Jawa ini memang sangat pengertian. Perbedaan diantara mereka tidak pernah menjadi masalah.

Sepulangnya dari tempat kerja, Tiur langsung masuk kamar dan mengunci diri. Seakan tidak peduli pandangan heran teman – teman kosnya, Tiur merenung dan menangis sendirian di kamar. Lelah karena menangis, Tiur akhirnya terlelap hingga pagi datang menyapa. “Astaga, aku tertidur sampai pagi?, untung hari ini saya libur” gumam Tiur.

“Aha do huroha na pinaimam boru?, ahu nungga matua, molo boi nian pangidoan hu bah marhamulian ma ho!”. Tiur mengingat kembali permintaan Mamaknya, melalui telepon kemaren.

*****
Hari berlalu, permintaan Mamaknya masih menjadi beban dipikiran Tiur. Yang dikatakan Mamaknya semuanya memang benar, ajal bisa saja menjemput walau keadaan Mamak masih sehat. Akan tetapi melangkah ke jenjang pernikahan bukanlah hal yang mudah. Terlebih Tiur yang sudah menginjak usia tiga puluh tahun.
“ Susah do mangalului baoa na burju di Batam on, Omak” kata Tiur pada Mamaknya suatu kali.
“ Molo songoni di hutaon ma talului”
“ Eh tahe..Omak on, tong dang habis akal” pikir Tiur

Dulu Tiur pernah memiliki hubungan serius dengan seorang Pria. Pria yang menurut pandangan nya memenuhi kriteria menjadi suami. Namun saying, hubungan mereka harus berakhir karena orang tua pria itu mencari menantu yang selevel. “ Ya, paling tidak Bidanlah, masa kamu yang sarjana mau menikah sama yang lulusan SMA saja!” Mamak  pria itu memandang sinis padanya.
Tiur sedih, apalagi setelahnya pria itu memutuskan menikahi wanita pilihan Mamanya. Sejak itu, Tiur menjadi sedikit pesimis dan hati – hati memulai hubungan.
Tak sadar, kenangan akan masa lalu membuat kedua sudut matanya berkaca – kaca “ Aku tak boleh cengeng” gumam Tiur. Diambilnya gitar, lalu dengan segenap perasaan mendendangkan sebuah lagu

“ Muli dainang, ninmu tu ahu, dang naso olo ahu Inang”
 “ Alai di dia rongkaphi?, di dia rongkaphi?”
“ Nungga tung loja ahu, mangalului, dang jumpang ahu na hot di ahu”
“ So pambahenan na humurang, alai boasa ingkon sirang”

“ Molo tung sapata ma nasohot, mambahen bogashi gabe tarborot”
“ Sapata ni ise on oppung?, da mula jadi nabolon?”
“ Paboa ma tu ahu, paboa ma tu ahu”
“ Di dia rongkaphi?”

Mendengar suara merdu Tiur, teman – teman kosnya yang lain ikut bergabung dan bernyanyi bersama.









1 komentar: